Sejarah Wisata dan Kuliner Tanah Toraja Terbaru 2023

Tanah Toraja adalah salah satu destinasi wisata budaya yang menarik perhatian banyak orang, baik dari dalam maupun luar negeri. Tanah Toraja terletak di provinsi Sulawesi Selatan, dan mencakup dua kabupaten, yaitu Tana Toraja dan Toraja Utara.

Nama Toraja berasal dari bahasa Bugis yang berarti “orang pegunungan” atau “orang besar/mulia”. Suku Toraja yang mendiami daerah ini memiliki kebudayaan yang kaya dan unik, terutama terkait dengan ritual kematian dan pemakaman.

Sejarah Tanah Toraja tidak bisa dilepaskan dari sejarah suku Toraja itu sendiri. Menurut beberapa sumber, suku Toraja berasal dari daratan Asia yang kemudian bermigrasi ke Sulawesi melalui jalur laut.

Mereka kemudian menetap di daerah pegunungan yang sulit dijangkau oleh pengaruh luar. Hal ini membuat mereka dapat mempertahankan tradisi dan adat istiadat mereka hingga sekarang.

Salah satu tradisi yang paling terkenal dari suku Toraja adalah upacara kematian atau Rambu Solo. Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan harapan agar jiwa orang yang meninggal dapat mencapai alam surga atau Puya.

Upacara ini membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama, sehingga kadang-kadang mayat disimpan di rumah selama bertahun-tahun sebelum dikebumikan. Mayat dianggap masih hidup dan diberi makan, minum, rokok, dan sirih setiap hari. Prosesi pemakaman suku Toraja juga memiliki keunikan tersendiri.

Mereka memiliki lima jenis kuburan yang berbeda, yaitu:

  • Kuburan batu atau Liang

Mayat dimasukkan ke dalam lubang yang dipahat di dinding tebing batu. Di depan lubang terdapat patung kayu atau Tau-tau yang menyerupai orang yang meninggal.

  • Kuburan gua atau Londa

Mayat dimasukkan ke dalam peti kayu yang kemudian disusun di dalam gua alami atau buatan. Di depan gua juga terdapat patung Tau-tau.

  • Kuburan pohon bayi atau Kambira

Bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat di batang pohon tarra (jenis pohon enau). Lubang ditutup dengan anyaman rotan dan daun sirih. Percaya bahwa bayi akan tumbuh bersama pohon tersebut.

  • Kuburan gantung atau Erong

Mayat dimasukkan ke dalam peti kayu yang kemudian digantung di dinding tebing atau pohon besar dengan tali rotan. Percaya bahwa semakin tinggi mayat digantung, semakin mudah jiwa mencapai Puya.

  • Kuburan padang rumput atau Tampang Allo

Mayat dimasukkan ke dalam peti kayu yang kemudian diletakkan di atas tanah di padang rumput. Di sekitar peti terdapat batu-batu berukir yang menandai identitas orang yang meninggal.

Selain upacara kematian dan pemakaman, suku Toraja juga memiliki tradisi lain yang menarik, seperti:

  • Festival Ma’nene

Festival ini dilakukan setiap tiga tahun sekali di bulan Agustus setelah panen besar. Festival ini merupakan ritual membersihkan dan mengganti pakaian mayat yang sudah dikuburkan. Keluarga dan kerabat akan membuka peti dan merias mayat seolah-olah masih hidup. Mereka juga akan berfoto bersama mayat sebagai bentuk kasih sayang dan penghormatan.

  • Silaga Tedong

Ritual adu kerbau yang merupakan salah satu tradisi unik dari suku Toraja. Ritual ini rutin dilakukan pada saat upacara pemakaman orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, biasa disebut Rambu Solo. Acara Silaga Tedong ini dilakukan sebelum upacara adat dimulai.

Tujuan dari ritual Silaga Tedong adalah untuk memberikan penghiburan kepada keluarga yang sedang berduka dan pertunjukan bagi ratusan para pelayat yang datang. Ritual ini juga dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada arwah orang yang meninggal dan sebagai sarana untuk memperoleh berkah dari kerbau-kerbau yang dikorbankan.

Kerbau yang diadu dalam ritual Silaga Tedong bukanlah kerbau sembarangan. Suku Toraja biasanya memilih kerbau-kerbau yang dianggap istimewa, seperti kerbau bule (Tedong Bonga) atau kerbau albino, kerbau Salepo atau kerbau dengan bercak hitam di punggung, Lontong Boke atau kerbau punggung hitam, dan Tedong Pudu atau kerbau berkulit hitam legam.

Kerbau-kerbau ini memiliki harga yang sangat mahal dan menunjukkan prestise dan kemakmuran keluarga yang mengadakan Rambu Solo.

Prosesi adu kerbau dalam ritual Silaga Tedong dilakukan di sawah atau tempat yang rata. Kerbau-kerbau yang akan diadu dipasangkan sesuai dengan ukuran dan kekuatannya.

Kerbau yang kalah adalah kerbau yang berlari keluar dari arena. Kerbau yang menang akan menjadi milik keluarga yang mengadakan Rambu Solo. Kerbau-kerbau yang telah diadu kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan kepada orang-orang yang telah membantu proses pelaksanaan Rambu Solo.

Wisata Kuliner Toraja Yang Nikmat Untuk Di Coba

Selain menawarkan keindahan alam dan kekayaan budaya, Tanah Toraja juga memiliki berbagai kuliner khas yang lezat dan unik.

Kuliner Toraja banyak menggunakan bahan-bahan lokal seperti daging babi, ikan, sagu, kelapa, dan rempah-rempah. Beberapa kuliner Toraja juga berkaitan dengan ritual adat, seperti pa’piong dan palopo. Berikut adalah beberapa kuliner khas Toraja yang wajib dicicipi:

  • Pa’piong

Kuliner ini merupakan daging (babi, ayam, kerbau, atau ikan) yang dibumbui dengan serai, daun bawang, merica, lombok katokkon (cabe asli Toraja), dan rempah-rempah lainnya.

Daging kemudian dimasukkan ke dalam bambu yang ditutup dengan daun pisang dan dibakar di atas bara api. Pa’piong biasanya disajikan dengan sayur mayana, bulunangko (daun singkong), atau burak (pohon pisang muda).

  • Palopo

Kuliner ini merupakan sagu yang disiram air panas dan dibentuk bulatan kecil-kecil seperti cilok. Setiap bulatan diisi dengan daging atau ikan sesuai selera. Palopo kemudian disiram dengan kuah bumbu kacang, kuah ikan, kuah daging, atau kuah sayur dan ditambahkan sayuran. Palopo memiliki tekstur kenyal yang nikmat.

  • Tu’tuk Utan

Kuliner ini merupakan daun singkong yang dihaluskan dengan cara ditumbuk. Daun singkong kemudian dimasak dengan daging dan dicampur dengan cabai dan parutan kelapa. Tu’tuk utan disantap dalam bentuk kering, tanpa kuah, bersama nasi putih hangat.

  • Pantollo Pamarrasan

Kuliner ini merupakan daging (babi, kerbau, ikan, atau belut) yang dimasak dengan pamarrasan atau bumbu kluwak hitam yang mirip dengan rawon. Bumbu kluwak hitam ini disebut juga dengan pangi di Toraja. Pantollo pamarrasan memiliki rasa gurih dan sedikit pahit yang khas.

  • Pantollo Lendong

Kuliner ini merupakan belut yang dimasak dengan pamarrasan atau bumbu kluwak hitam dan rempah-rempah lainnya. Pantollo lendong biasanya disajikan saat ada acara adat di Toraja.

  • Pantollo Duku

Kuliner ini merupakan daging babi yang dimasak dengan pamarrasan atau bumbu kluwak hitam dan rempah-rempah lainnya. Pantollo duku memiliki rasa gurih dan lemak yang menggugah selera.

  • Pantollo Bale

Kuliner ini merupakan ikan (mas atau tongkol) yang dimasak dengan pamarrasan atau bumbu kluwak hitam dan rempah-rempah lainnya. Pantollo bale memiliki rasa gurih dan segar dari ikan.

  • Pa’marrasan

Kuliner ini merupakan daging babi yang dipotong-potong kecil dan digoreng kering dengan bumbu kunyit, jahe, serai, daun jeruk, garam, dan gula merah. Pa’marrasan memiliki rasa gurih dan renyah yang cocok sebagai lauk nasi.

  • Pa’piong Burak

Kuliner ini merupakan daging babi yang dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan santan kelapa dan rempah-rempah seperti lengkuas, kunyit, jahe, serai, daun salam, daun jeruk, cabai merah, bawang merah, bawang putih, garam, dan gula merah. Pa’piong burak memiliki rasa gurih dan lembut yang mirip dengan pepes.

Itulah kesimpulan singkat tentang sejarah wisata dan kuliner tanah Toraja terbaru 2023. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang kekayaan budaya dan alam Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *